Kejayaan Sukipt

Tahniah Pasukan Tempur Taekwondo UPSI

Masum SIRI 2

Team Taekwondo Di Kejohanan Masum Siri 2,UNIMAP

MASUM SIRI 3

Pasukan Tempur Taekwondo Masum Siri 3

Taekwondo Unity

Mind,Body and Soul

Kami Masih Bersemangat

Anak Ibu Kandung Suluh Budiman

Saturday 15 December 2012

Sekilas Dunia Taekwondo WTF


Tae kwon-do merupakan salah satu cabang seni olahraga bela diri yang berasal dari Korea Selatan.

Makna dari Taekwondo mempunyai arti yaitu :

Tae = kaki

Kwon = pukulan dengan tangan/tinju

Do  = sistem/cara/seni

Arti kesuluruhan Taekwondo adalah : seni beladiri yang menggunakan kaki dan tangan sebagai senjata beladiri untuk menaklukan lawannya.

Menurut sejarah Tae kwon-do berkembang sejak tahun 37M. Pada masa dinasti Kogooryo di Korea. Masyarakat menyebutnya dengan nama berbeda, yaitu Subak, Taekkyon, taeyon. Tae kwon-do kerap dijadikan pertunjukan acara ritual yang dilakukan oleh bangsa Korea, bela diri Tae kwon-do menjadi senjata bela diri andalan para ksatria. Sejarah panjang Korea pada dinasti Chosun kuno, kerajaan Shila, dan dinasti Koryo pada masa kejayaannya.

Pada saat Korea merdeka pada tahun 1945 rakyat Korea berusaha mengembangkan Taekwondo yang merupakan seni bela diri tradisional Korea, sehingga Taekwondo diterima dan berkembang pesat diseluruh dunia.

WTF adalah suatu badan Federasi Taekwondo Dunia yang resmi berdiri pada tanggal 28 Mei 1973 sebagai Presiden adalah Kim Un Yong bermarkas di Kukkiwon (Seoul) Korea Selatan. WTF program resmi pertahanan nasional kalangan Polisi dan tentara. WTF beranggotakan lebih dari 186 negara

Kejuaraan Dunia pertama kali diadakan oleh WTF pada tanggal 25-27 Mei 1973 di Seoul diikuti oleh 18 Negara.
Tae kwon-do aliran WTF berkembang di Indonesia pada tahun 1975 yang membawa aliran ini adalah Mauritsz Dominggus yang datang ke Indonesia pada tahun 1972 di Tanjung Priok, Jakarta Utara

Pada saat itu Tae kwon-do di Indonesia belum berkembang karena Bela Diri karate lebih dulu hadir di Indonesia seperti aliran Karate Shindoka beberapa pelatih diantaranya : Simon Kaihena – Jopi Yan Rainong – Hady Sugianto – William Giritz – Sukanda – Hasan Johan – Hendry Sanuri (Alm) - Drs. Rosid M. Siregar (Alm) – Mujiman (Alm) dan Harry Tomotala(Perguruan Karate PERKINO). Mereka tersebut bergabung dengan Mauritsz Dominggus berasal dari Ambon yang merupakan pemegang sabuk hitam Taekwondo yang belajar di Belanda dan membentuk perguruan dengan nama KATAEDO. Gabungan kata karate dan Tae kwon-do.

Pada tanggal 15 Juli 1974 atas saran Prof. Kim Ki Ha (Ketua Asosiasi Korea di Indonesia) KATAEDO di ganti nama Institut Tae kwon-do Indonesia (INTIDO). Pada saat itu Prof.Kim Ki Ha sebagai penasehat INTIDO dan atas saran beliaulah INTIDO dipertemukan dengan Duta Besar Korea Selatan dan beliau diutus ke Korea Selatan mengikuti sidang umum II WTF pada tanggal 27 Agustus 1975. Dan Prof.Kim Ki Ha memperjuangkan INTIDO untuk dapat diterima sebagai anggota WTF dan persyaratan WTF supaya INTIDO dirubah menjadi Federasi Taekwondo Indonesia (FTI) sebagai ketua umum Marsekal Muda (TNI) Sugiri.

Pada tanggal 17 juni 1976 FTI resmi menjadi anggota WTF ditandatangani oleh presiden WTF Kim Un Yong.

Pada tahun 1976 Indonesia mendatangkan pelatih dari Korea Selatan dalam rangka program peningkatan mutu dan prestasi Tae kwon-do Indonesia bernama Kim yeong Tae Dan V. Mantan juara kelas berat.

Seiring dengan berkembangnya Taekwondo di Indonesia ada 2 organisasi Taekwondo yaitu FTI (Federasi Taekwondo Indonesia) yang dipimpin oleh Marsekal Muda Sugiri dan PTI(Persatuan Taekwondo Indonesia) dipimpin oleh Leo Lapulisa.

FTI dan PTI pada tanggal 28 Maret 1981 menggelar sebuah pertemuan yang bertajuk MUSYARAH NASIONAL I, demi kemajuan Tae kwon-do Indonesia. MUNAS I tersebut melahirkan kesepakatan bersama untuk menyatukan kedua Organisasi tersebut ke dalam sebuah Organisasi Taekwondo yang sekarang kita kenal Pengurus Besar Taekwondo Indonesia(PBTI) yang diakui oleh WTF dan KONI, sebagai ketua umumnya Bapak Sarwo Edhie Wibowo dengan pelindung langsung dari ketua KONI Pusat Bapak Surono.

Taekwondo (juga dieja Tae Kwon Do, Taekwon-Do) adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga populer di Indonesia, olah raga ini juga merupakan olahraga nasional Korea. Ini adalah seni bela diri yang paling banyak dimainkan di dunia[rujukan?] dan juga dipertandingkan di Olimpiade. Taekwondo di Indonesia semakin populer sejak dipromosikan secara besar-besaran oleh Saseong Nim Daxon Joetandi (Dan VII Kukkiwon), seorang bankir profesional yang terkenal sebagai pemegang sabuk hitam termuda di Indonesia sejak berumur 7 tahun.

Dalam bahasa Korea, hanja untuk Tae berarti “menendang atau menghancurkan dengan kaki”; Kwon berarti “tinju”; dan Do berarti “jalan” atau “seni”. Jadi, Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai “seni tangan dan kaki” atau “jalan” atau “cara kaki dan kepalan”. Popularitas taekwondo telah menyebabkan seni ini berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti banyak seni bela diri lainnya, taekwondo adalah gabungan dari teknik perkelahian, bela diri, olahraga, olah tubuh, hiburan, dan filsafat.

Meskipun ada banyak perbedaan doktriner dan teknik di antara berbagai organisasi taekwondo, seni ini pada umumnya menekankan tendangan yang dilakukan dari suatu sikap bergerak, dengan menggunakan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar untuk melumpuhlan lawan dari kejauhan. Dalam suatu pertandingan, tendangan berputar, 45 derajat, depan, kapak dan samping adalah yang paling banyak dipergunakan; tendangan yang dilakukan mencakup tendangan melompat, berputar, skip dan menjatuhkan, seringkali dalam bentuk kombinasi beberapa tendangan. Latihan taekwondo juga mencakup suatu sistem yang menyeluruh dari pukulan dan pertahanan dengan tangan, tetapi pada umumnya tidak menekankan grappling (pergulatan).

Pengenalan Taekwondo


Sejarah Taekwondo adalah penting bagi mereka yang berminat.  Bagi mereka yang tidak berminat, sudah tentu mereka langsung tidak ambil peduli.  Saya  yakin ada pelatih Taekwondo yang telah berdekad mahir dalam seni bela diri hingga boleh menjadi pakar kerana daya usaha dan kerajinan dalam latihan, langsung tidak tahu menahu tentang sejarah Taekwondo.

Sejarah Taekwondo moden ini didokumentasikan dengan ketepatan yang munasabah walaupun ianya sering dipertikai oleh organisasi-organisasi berlainan memandangkan secara ia bermula pada tahun 1955 dan berakar umbi selepas Perang Dunia Kedua iaitu dalam tahun 1940’an.  Bagaimanapun, Taekwondo itu sendiri sebenarnya adalah berakar umbi daripada sejarah silam pejuang-pejuang bela diri Korea yang telah wujud dalam pelbagai bentuk seni sejak beribu-ribu tahun lagi.  Kebanyakan organisasi Taekwondo bersepakat dalam fakta ini namun bertelingkah dalam terjemahanannya.

Topik-topik yang kita akan bincangkan di sini telah diektsrak setepat mungkin berkenaan sejarah Taekwondo bermula dari akar silamnya hingga ke perkembangan terkini, termasuklah daripada tempias-tempias pengaruh daripada seni Jepun iaitu Karate, walaupun fakta ini dinafikan oleh bangsa Korea.

Taekwondo pada sejarah dan tradisinya amatlah goyah.  Semasa mempelajari Taekwondo, pelajar mendengar pelbagai versi rujukan sejarah Taekwondo seperti nama-nama Hyung (pattern atau bunga gerakan), dan pelajar perlu mempelajari dan mempersembahkan teknik gerakan dan tradisinya seperti tunduk hormat (bow).  Semakin banyak pelajar mengetahui sejarah dan tradisinya, semakin jelas pemahamannya terhadap sesuatu pergerakan teknik dan pattern dalam seni Taekwondo serta sejarah perkembangannya.

Jurulatih Taekwondo biasanya memperkatakan tentang sejarah secara umum dan dengan terma yang meluas, tidak spesifik.  Kadangkala apabila seseorang pelajar mendengar jurulatihnya menyebut tentang Dinasti Silla atau Hwarang, perihalnya tidaklah mendalam dan tidak informatif. Sesetengah jurulatih menggambarkan Taekwondo sebagai seni bela diri yang telah lama dan silam yang berasal dari Korea.  Keantikan yang cuba digambarkan ini mungkin mewujudkan bahawa ianya satu misteri dan agak menyimpang dari landasan sejarah yang sebenar.  Taekwondo sebagai seni bela diri sebenarnya baru berusia kurang lebih 55 tahun.  Ianya berakar umbi dari seni-seni Korea yang silam dan pelbagai, dan seni-seni bela diri dari Negara lain termasuklah Jepun.  Namun seni bela Taekwondo sebenarnya diperkembangkan dalam tahun 1945 hingga 1955 dan hanya dikenali dengan nama Taekwondo pada tahun 1955.

Taekwondo adalah seni bela diri rasmi Korea.  Ianya unik dan menggambarkan isipatinya dari negara Korea.  Di Negara asalnya Korea, tidak ada seni bela diri yang lain yang boleh menandingi pengaruh Taekwondo.  Sesetengah berpendapat Taekwondo di Korea mempunyai ciri-ciri diplomatik yang efektif dalam memperluaskan budaya bangsa Korea di seluruh dunia.  Namun Taekwondo itu sendiri mempunyai masalah pengenalan identiti berikutan kekeliruan dan salah tafsir dalam sejarah asal-usulnya dan proses perkembangannya.

Penulisan dalam sejarah Taekwondo biasanya menggambarkan Taekwondo sebagai produk kebudayaan Korea yang unik yang dibangunkan berkurun lamanya semenjak era Tiga Kerajaannya.  Walau bagaimana pun, pengaruh utama datang dari seni Karate dari Jepun yang dibawa masuk ke Korea melalui penjajahan tentera Jepun seawal 1900.

Selepas Perang Dunia Kedua, ahli-ahli seni bela diri Korea yang seterusnya menjadi pengasas Taekwondo mula “menKoreakan” Karate Jepun yang mereka pelajari semasa zaman penjajahan supaya ianya lebih menggambarkan budaya Korea dalam amalan seni tersebut.  Mereka mula menggabungkan cebisan-cebisan elemen seni bela diri yang dikenali sebagai Subak dan Taekkyon dalam latihan seni Karate.  Ini melibatkan pemilihan nama-nama Korea dalam teknik karate sebagai usaha menjadikan ianya berevolusi dari sejarah Korea silam yang tersendiri.  Nama baru diberi iaitu “Taekwondo”.

Usaha pengasingan pengaruh Jepun dalam Karate telah menyebabkan Taekwondo itu sendiri berpecah kepada dua entiti; sebagai satu seni bela diri tradisional dan sebagai satu sukan kompetitif.  Taekwondo tradisional masih mengekalkan prinsip-prinsip latihan sebagaimana diamalkan dalam Karate seperti Kata dan falsafah, sementara Taekwondo sukan kompetitif dianggap satu cabang seni Taekwondo tradisional.

Konsep seni bela diri dibangunkan di Negara Jepun yang dimulakan dengan kewujudan seni tentera berpedang yang menjadi keperluan di medan perang hinggalah berkembang menjadi suatu falsafah kehidupan (tao).  Konsep falsafah ini sebagaimana diaplikasi dalam kemahiran bertempur tidak wujud di Korea.  Aktiviti fizikal terutama dalam seni pertempuran telah menjadi suatu perkara yang tidak mendapat penghormatan dan tanda-tanda kurangnya didikan di peringkat awal era pemerintahan Dinasti Joseon.  Pendedahan terawal Korea dalam konsep seni bela diri adalah menerusi latihan dalam Judo dan Kendo semasa penjajahan Jepun iaitu awal 1900’an.  Konsep seni bela diri diperkasakan lagi dengan pengenalan seni Karate dan falsafah-falsafah Jepun yang lain.

Taekwondo bukan sahaja mempunyai sejarah fizikal, malah sejarah kerohanian juga wujud dalam perkembangannya.  Walaupun ianya dicipta tanpa komponen unsure kerohanian tetapi pada dasarnya ia telah berakar umbi dari nilai-nilai kerohanian.  Nilai-nilai kerohanian ini mungkin tidak wujud atau kurang diserap dalam kebanyakan Dojang (pusat latigan) di negara lain, ini mungkin disebabkan hubungan yang ada antara Taekwondo dengan Buddhism.  Memandangkan majoriti ahli bukan penganut Buddha dan tidak memahami Buddhism, mereka telah mengenepikan unsure-unsur kerohanian dalam Taekwondo.  Memahami Taekwondo tidaklah semestinya seseorang perlu menjadi penganut Buddha atau agama lain untuk tujuan itu.  Ianya perlu difahami dari sudut prinsip-prinsip asas dan tradisi Taekwondo sebagai contoh ahli diajar untuk mengelak dari penggunaan kekasaran yang tidak perlu dan kenapa ahli ditekankan untuk menggunakan kemahiran bertempur dengan beranggungjawab.

Ramai pelatih Taekwondo mempelajari kemahiran atau skil dalam Taekwondo tetapi begitu sedikit yang mengambil tahu asal-usulnya dan asas kerohaniannya. Mungkin gelaran yang sesuai untuk mereka sebagai pelatih Taekwondo yang tidak matang dan hanya menunjuk-nunjuk.  Mereka tahu mempersembahkan teknik tetapi ilmu sebenarnya adalah sedikit.  Pelatih-pelatih Taekwondo harus tahu sejarah Taekwondo seperti mana mereka mesti tahu teknik pergerakannya.  Taekwondo sering mengalami perubahan dan pembaharuan, maka adalah penting seseorang pelatih mengetahui dan memahami sejarah Taekwondo supaya mereka akan pasti bahawa perubahan yang bakal tiba merupakan cabang sebenar Taekwondo yang asal.

Dalam sistem perundangan jenayah, undang-undang boleh menerima kenyataan saksi-saksi walaupun bertentangan dan itu tidak semestinya ada unsure penipuan.  Mereka hanya menyaksikan satu insiden yang sama tetapi dari sudut yang berlainan dengan pandangan mata yang prejudis.  Sifat prejudis ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti warganegara, kelas ekonomi, umur dan sebagainya.  Sejarah juga dipengaruhi oleh factor yang sama.  Sebarang kandungan dalam buku sejarah pasti dipengaruhi dengan keagamaan, bangsa, jantina, fahaman politik dan sebagainya oleh penulisnya.

Rekod berkenaan sejarah Korea silam yang berfaktakan seni beladiri adalah tidak jelas berikutan keadaan transkripnya atau kualiti penulisannya yang telah pudar dan rosak.  Disebabkan hal ini, kebanyakan ahli penulis sejarah seni beladiri Korea telah menemui sesuatu yang memberi sokongan terhadap apa jua yang dicatatnya termasuk penulis-penulis seni Taekwondo.  Oleh itu, apa yang kita akan bincangkan adalah lebih ke arah atau lebih prejudis kepada Taekwondo.  Sejarahnya meliputi maklumat-maklumat dari pelbagai sumber yang berlainan dan kadangkala bertentangan.  Perbincangan kita ini tidak memberi jaminan bahawa sejarah yang dipersembah dan dinyatakan di sini adalah suatu fakta yang betul-betul tepat (walaupun usaha dibuat ke arah itu). Cuma kandungan ini boleh disifatkan sebagai komprehensif dan menyeluruh.

Ramai pakar seni beladiri Korea yang moden mendakwa mereka boleh menjelaskan asal-usul sistem mereka yang bermula dari zaman kejatuhan Korea.  Malangnya kesemua rekod berkenaan teknik-teknik sebenar seni beladiri Korea silam telah dimusnahkan oleh penjajah Jepun di antara 1909 – 1945.  Hanya dua dokumen sahaja yang tinggal iaitu Moo Yeh Jee Bo dan Moo Yeh Do Bok Tong Gi.

Konflik antara Jepun dan Korea wujud berkurun lamanya.  Antara 1592 dan 1598, Jepun telah cuba menjajah Korea tetapi mereka ditewaskan.  Satu manuskrip ketenteraan China bertajuk Ki Hyu Shin Zu, ditulis oleh Chuk Kye Wang, seorang ahli strategi ketenteraan dan ahli seni beladiri China telah diperoleh oleh tentera Korea semasa pembunuhan seorang Jeneral Jepun.  Manuskrip ini kemudiannya dipersembahkan kepada Raja Korea, Sun Jo (1567-1608).  Manuskrip tersebut mengandungi sistem persenjataan China dan seni tempur tanpa senjata yang begitu terperinci yang digunakan khas dalam peperangan.  Raja Sun Jo begitu tertarik dengan kaedah tersebut sehinggakan baginda menjemput beberapa Jeneral China dan pakar seni beladiri untuk melawat wilayahnya.  Raja telah mengarahkan salah seorang Jeneral Korea bernama Han Kyo untuk mempelajari apa yang telah dibacanya dan melalui persembahan jemputan China tersebut serta mengolahnya untuk dijadikan satu sistem baru dalam pertempuran.  Sistem ini ditulis dalam enam bahagian dan diterbit sebagai Moo Yeh Jee Bo atau Ilustrasi Seni Beladiri, yang mana ini yang menjadi asas peperangan tentera Korea.  Penulisan ini menjelaskan penemuan dan penggunaan teknik bersenjata seperti Sang Soo Do (pedang panjang), Jang Chang (lembing) Dang Pa (lembing tiga mata atau Sai), Kon Bong (kayu panjang) dan Dung Pa (perisai).

Raja Korea Yong Jo (1724-1776) telah memperbaharui penulisan tersebut semasa pemerintahannya.  Dua belas pendekatan pertempuran ditambah dan dinamakan semula sebagai Moo Yeh Shin Bo atau Ilustrasi Baru Seni Beladiri.  Teknik pertempuran baru yang dimaksudkan adalah Bon Kuk Kum (pedang lurus Korea), Wae Kum (pedang Jepun), Jee Dook Kum (pedang Laksamana), Yee Do (pedang pendek), Sang Kum (pedang kembar), Wae Kum (pedang sabit), Juk Kang (lembing buluh panjang), Hyup Do (lembing berpedang), Kee Jang (lembing bendera), Pyun Kon (kayu panjang dengan hujungnya seperti Nunchaku), Kyo Jun (strategi penyusunan kombat) dan Kwon Bop (tempur tanpa senjata).

Pada tahun 1790, Raja Jung Jo (1776-1800) telah mengarahkan pakar strategi ketenteraan Korea, Yi Duk Moo dan Park Je Ga mengkaji dan memperbaharui serta menamakan semula manuskrip tersebut kepada Moo Yeh Do Bok Tong Gi atau Ilustrasi Lengkap Seni Beladiri yang mengandungi enam bahagian tambahan iaitu Ma Sang (tempur berkuda), Ki Chang (tempur berkuda bersenjatakan lembing), Ma Sang Wol Do (tempur berkuda bersenjatakan pedang), Ma Sang Sang Kum (tempur berkuda bersenjatakan pedang berkembar), Ma Sang Pyun Ko (tempur berkuda bersenjatakan kayu panjang dengan hujung Nunchaku yang pendek) dan Kyuk Koo (sukan berkuda).  Ini adalah teks yang menjadi asas rujukan asal-usul seni beladiri Korea.  Teknik-teknik yang digambarkan begitu terhad dan pengolahan ilustrasi tidak begitu terperinci, walaupun ianya satu teks yang penting, ianya telah ditulis dalam zaman-zaman pemerintahan yang berlainan justeru ianya bukan satu sumber seni beladiri yang agung.

20 tahun yang lalu pengasas Tang Soo Do Moo Duk Wan iaitu Hwang Kee telah menerbitkan buku bertajuk Tang Soo Doo yang mengandungi kandungan Moo Yeh Do Bok Tong Gi untuk bacaan di seluruh dunia sebagaimana versinya yang asal.

Sejak penubuhan negara Korea silam (dalam tahum 2332 SM atau 1122 SM, bergantung pada sumber rujukan), bangsa Korea terpaksa melindungi kepentingan dan hak kebebasan mereka daripada penjajahan China, Mongol dan Jepun.  Hasilnya mereka telah membangunkan sistem seni mempertahankan diri yang digunakan untuk pertahanan individu dan Negara.  Bentuk awal Taekwondo telah digunakan dalam ketenteraan di seluruh Korea.  Ini digambarkan dalam satu lagu lama Korea yang bermaksud :

“Seni tangan seperti gunanya pisau.  Jeneral Chok mengajarnya sebagai seni tentera.  Jika seorang cuai salah satu serangan dua tangan, sekelip mata sahaja kepalanya akan terpancung.”

Suh Inhyuk, pengkaji seni beladiri Korea, membahagikan seni beladiri Korea kepada tiga kumpulan, yang dipecahkan mengikut kegunaannya:

Sado Moosul (seni perseorangan).  Dihubungkan dengan sukan dan pertandingan.

Pulsa Moosul (seni Buddha). Dihubungkan dengan cara yang diamalkan oleh sami Buddha di kuil yang didekasikan untuk perkembangan moral dan spiritual-fizikal.

Kunjoon Moosul (seni ketenteraan).  Dihubungkan dengan cara tentera menggunakan senjata.

Nama-nama awal seni beladiri Korea yang menjadi asas penubuhan Taekwondo adalah Subak dan Taekyon.  Begitu sukar untuk membezakan antara dua seni ini.  Terdapat rujukan yang menyatakan bahawa Subak menjadi asas Taekyon dan wujud dalam sejarah Dinasti Koryo dalam lingkungan tahun 1147.  Rujukan awal Taekyon didapati dalam Chaemulbo, ditulis oleh Yi Song-Gi semasa pemerintahan Raja Jung Jo (1776-1800).  Ahli-ahli sejarah menganggap kedua-dua terma ini adalah serupa memandangkan tidak ada garis pemisah yang membezakan antara kedua-duanya.  Subak mungkin lebih tua daripada Taekyon, manakala Taekyon mempunyai asas-asas seni Subak dan membuat penambahan dalam teknik kaki.  Sejak berkurun Subak dipanggil sebagai Subak-Hi, Subak-Ki dan Subyeokta; manakala Taekyon pula dikenali sebagai Tak-Kyeon, Gak-Hi, Gak-Sul dan Bigak-Sul.  Cara-cara pertempuran silam yang lainnya dikenali sebagai Kannyok atau Subak-Chigi, Charyok, Yu-Sul dan Oren-Kwon tetapi yang paling asli dan berunsur Korea adalah Taekyon.  Nama Taekyon sering ditulis dengan huruf-huruf Korea, sementara seni-seni lain ditulis dengan hieroglif China.

Taekyon tidak menggunakan kedudukan kaki (stances) yang pelbagai tetapi lebih kepada jenis-jenis tendangan dan teknik sapuan.  Matlamat pertempuran dalam Taekyon adalah untuk menewaskan pihak lawan tanpa mencederakannya.  Tendangan seringkali dituju ke bahagian bawah paras dada dan sering bergerak secara bulatan dan bukan terus menerjah ke hadapan.  Teknik tangan pula digunakan tanpa tumbukan, kebanyakannya menggunakan tapak tangan untuk menolak dan menepis serta teknik pegangan untuk menjerat lawan dan terus menjana tendangan.

Semua seni beladiri bermula dari satu hari di mana manusia perlu mempertahankan dirinya terhadap ancaman musuh iaitu daripada haiwan ganas atau manusia lain, oleh itu asal usul Taekwondo juga perlu bermula dari kaum manusia yang terawal.